ARIYANTA,S.Pd.Jas

Minggu, 22 Februari 2009

Indonesia Dekati Guus Hiddink


Indonesia terus meretas mimpi. Kali ini Wapres Jusuf Kalla menyatakan kemungkinan untuk mendatangkan pelatih timnas Rusia asal Belanda, Guus Hiddink.
Kabar gembira datang dari istana wakil Presiden (Wapres) RI di jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Hal tersebut menyusul pernyataan orang nomor dua di negeri ini, mengenai keinginannya untuk mendatangkan pelatih kawakan asal Belanda yang saat ini menukangi timnas Rusia, Guus Hiddink.

Kepada wartawan usai sholat Jumat (20/2), Wapres Jusuf Kalla menyatakan jika dirinya telah meminta duta besar RI untuk Rusia, agar menjajaki kemungkinan mendatangkan pelatih yang terkenal cukup brilian itu, guna menukangi timnas Indonesia.

“Saya sudah beritahu kepada duta besar kita yang ada di Rusia, agar membicarakan kemungkinan untuk mengontrak Hiddink,” katanya.

“Kemungkinan awal Maret nanti, KONI (komite olahraga) Rusia terlebih dahulu akan melakukan pembicaraan informal dengan KONI Indonesia. Apalagi kalau kita terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia,” lanjutnya.

Seperti diketahui, saat ini Hiddink masih terikat kontrak untuk menukangi timnas Rusia hingga Piala Dunia 2010. Selain itu, klub elit asal Inggris Chelsea sudah mengikatnya hingga musim panas tahun ini. Untuk itu, kalau pun nantinya Hiddink bersedia, tampaknya ia tidak akan hadir di Senayan dalam waktu dekat.

Terlebih dengan niatnya untuk pensiun sebagai pelatih usai mengantar Rusia ke Piala Dunia. Apa pun itu, upaya yang dilakukan Wapres RI tersebut patut diacungi jempol. Terlebih di tengah keterpurukan prestasi sepakbola nasional.

Hanya saja, Indonesia harus berpikir ulang untuk mendatangkan pelatih kawakan sekalas Hiddink. Maklum saja, karena kabarnya ia digaji 1,5 juta poundsterling atau sekitar Rp24 milyar hanya untuk bekerja selama tiga bulan di Chelsea. Nilai sebesar itu masih di luar bonus dan lain-lain.

Sehingga rata-rata per bulan ia mendapat bayaran sekitar Rp8 miliar. Satu angka yang cukup fantastis dan sangat sulit di jangkau Indonesia. Terlebih di tengah keterpurukan ekonomi global seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar